“DICIUM
ANGKOT”
Ketika saya lulus SD diBogor ,saya disuruh pindah ke Bandung
untuk melanjutkan Sekolah kejenjang SMP. Disana saya
didaftarkan ke SMPN 48 dan SMPN 51 Bandung , sesudah daftar ternyata saya tidak masuk diSMPN 48 itu
karena faktor nem dan akhirnya saya
diterima di SMPN 51 lalu saya
mengucapkan “alhamdulillah....”. Beberapa hari sesudah diterima, saya dan ibu saya membeli peralatan sekolah
diMTC (Metro Trade Canter) yang sekarang sudah berganti nama menjadi MIM (Metro
Indah Mall).Setelah saya membeli peralatan sekolah , saya pulang kerumah yang
beralamat dikomp.Margahayu Raya Jl.mercuri raya
no 66 RT 003 RW 003.
Nah ini
hari pertama saya sekolah ,
dihari pertama sekolah ini saya
dan siswa siswi lainnya yang diterima
diSMPN 51 Bandung mengikuti MOS ( Masa
Orientasi Siswa ). Mos ini berlangsung selama 3 hari. Mos smp dan mos sma
berbeda, dimana mos smp tidak ribet dan mudah, coba sma ribetnya terlalu.Setelah
3 hari saya lewati, saya langsung dibagikan kelas.
Kebetulan saya
kebagian kelas sebelum kelas terakhir yaitu kelas 7J yang wali kelasnya ibu
Neneng Hafidah beliau seorang guru matematika , kelas ini letaknya tengah-tengah
diantara kelas 7I dan kelas 7K. Bel pun berbunyi ini pertanda siswa dan siswi
pulang. Saya pulang naik angkot dan dijemput didepan
margahayu oleh ibu saya.
Keesokan harinya ketika saya bangun tidur melihat ke
jendela matahari sudah terbit,
saya bersiap – siap untuk pergi
sekolah. Saya tidak
lupa mandi , berpakaian dan sarapan. Hari
ini jadwal pelajaran pertama saya
adalah TIK yang katanya gurunya cukup dibilang sangar
ya. Waktu sudah menunjukan pukul
06.30 saya bergegas untuk pergi kesekolah. Saya diantar oleh kakak ipar saya yang bernama Ian. Untuk sampai disana saya cukup menempuh 1 atau 1,5 km
dengan memakai motor. Saya meminta
a Ian agar saya yang menyetir, akhirnya a Ian mengizinkan saya. Selama diperjalanan saya enjoy menyetir motor itu,
tiba-tiba ngeeeet jegeeeer..... sesuatu
menempel dipipi saya.
Begini
ceritanya, disaat saya menyetir
pengelihatan saya tidak fokus kejalan dan akhirnya saya menabrak sebuah angkutan umum
yang berwarna biru telur asin dan itu angkot ujung berung. Saya tidak tahu kalau angkot itu mau
berhenti, angkot itu berhenti tanpa
meggunakan lampu untuk berbelok. Akhirnya jendela angkot itu menyentuh pipi saya dengan keras , bagian depan
motor saya dan bagian belakang angkot itu
hancur. Pipi saya yang
terbentur jendela angkot itu menjadi biru. Saya panik
menghadapinya apalagi bilang ke orang tua saya,
mana sopir angkotnya minta ganti. Sopir
itu menyuruh saya dan a Ian menunggu di bengkel dekat
sekolah saya. Kata a Ian “adik sekolah saja , nanti a Ian yang bilang ke apih” ya sudah saya ke sekolah dengan wajah merana
seperti anak yang malang nasibnya.
Waktu
a Ian
ke bengkel
itu ternyata angkotnya tidak ada disitu, sepertinya sopir angkotnya juga merasa
bersalah karena tidak
memakai lampu. Sudah bel saya langsung
pulang saja ingin bilang ke orang tua, setelah
saya bilang ke orang tua bahwa saya
menabrak angkot , orang tua
saya tertawa mendengarnya ,
malah orang tua saya bilang “ gaya adik pagi-pagi udah dicium angkot “. Saya malu jadinya dan sampai
sekarang saya kurang
berani naik motor menyetir sendiri takut terulang kembali kejadian dulu. Ini pengalaman saya , bagaimana pengalaman kalian ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar